Sebenarnya, sejarah di Madura itu buaanyaaak...tapi satu dulu ya yang kita sharing... ntar sharing lgi sejarah yang lain. ok..ok
Cerita Keraton Lawangan Daya merupakan kisah bersejarah yang akan membuka asal usul dan sejarah kebudayaan di tanah Madura. Pada zaman dahulu kala, konon Raja Majapahit yang terakhir sempat mengangkat salah seorang putranya menjadi Kami Tuwo (semacam kepala desa) di pesisir Pulau Madura. Daerah ini sekarang dikenal sebagai Kabupaten Sampang. Putra Raja Majapahit yang memimpin wilayah Sampang tersebut bernama Ki Ario Lembu Peteng.
Di dalam Babad Madura disebutkan bahwa Ki Ario Lembu Peteng adalah bangsawan yang menurunkan raja-raja kecil di Madura
bagian barat. Ki Ario Lembu Peteng yang beragam Budha itu kemudian
masuk agama Islam dan wafat di daerah Ampel, Surabaya, sebelum ia sempat
meng-Islam-kan putra-putranya. Sebagai pengganti Ki Ario Lembu Peteng,
maka diangkatlah putranya yang bernama Ario Menger menjadi Kami Tuwo.
Semasa
hidup Ki Ario Lembu Peteng, ia juga memiliki anak yang bernama Ario
Mengo. Ario Mengo adalah adik dari Ario Menger. Ario Mengo adalah putra
Ki Ario Lembu Peteng yang ditugaskan untuk membabat hutan di sebelah
timur Madegan. Oleh karena itu Ario Mengo bersama para pengikutnya
menyusuri Selat Madura bagian selatan, yang mereka anggap sebagai satu-satunya jalan yang paling aman dari gangguan binatang buas.
Di
suatu tempat, rombongan Ki Ario Mengo melepaskan lelah hingga malam
tiba. Suasana malam itu sangat indah karena kebetulan sedang bulan
purnama. Setelah ia merenung beberapa saat, timbullah keinginannya untuk
menetap di situ. Pilihan Ario Mengo memang sangat tepat karena di
sekitar wilayah tersebut terdapat banyak pohon buah-buahan dan sumber
air.

Ki Ario Mengo Mendirikan Keraton Lawangan Daya
Ketika
hari sudah larut malam, Ki Ario Mengo memerintahkan para pengikutnya
naik ke atas pohon agar mereka terhindar dari gangguan binatang buas.
Selama di atas pohon, mereka merasa bahwa malam berjalan sangat panjang.
Sementara itu, Ki Ario Mengo tertidur lelap, sehingga tak terasa bahwa
hari telah pagi. Ia baru terjaga setelah mendengar kicau burung yang
bersahut-sahutan. Ia semakin terpikat oleh suasana dan pesona hutan itu
sehingga diputuskan untuk mendirikan pedukukan di situ.
Kemudian para pengikut Ki Ario Mengo diperintahkan menebangi pohon di sekitarnya untuk digunakan mendirikan bangunan dan rumah, sedangkan dahan-dahan yang besar digunakan untuk pagar, dengan posisi pintu menghadap arah utara (daja). Dengan demikian, berdirilah sebuah keraton kecil yang bernama Keraton Lawangan Daja. Pemilihan nama tersebut disebabkan keberadaan pintu (lawang) yang terletak di utara (daja). Karena cara pengucapan yang berbeda antara masyarakat Madura dan Jawa, maka Keraton Lawangan Daja disebut juga dengan Keraton Lawangan Daya.
Kemudian para pengikut Ki Ario Mengo diperintahkan menebangi pohon di sekitarnya untuk digunakan mendirikan bangunan dan rumah, sedangkan dahan-dahan yang besar digunakan untuk pagar, dengan posisi pintu menghadap arah utara (daja). Dengan demikian, berdirilah sebuah keraton kecil yang bernama Keraton Lawangan Daja. Pemilihan nama tersebut disebabkan keberadaan pintu (lawang) yang terletak di utara (daja). Karena cara pengucapan yang berbeda antara masyarakat Madura dan Jawa, maka Keraton Lawangan Daja disebut juga dengan Keraton Lawangan Daya.
Keraton
Lawangan Daja semakin lama semakin maju. Bahkan kemajuan Keraton
Lawangan Daja melebihi keadaan kota kelahiran Ki Ario Mengo. Meski
Keraton Lawangan Daja hanya kerajaan kecil, Ki Ario Mengo dapat memimpin
rakyatnya ke tingkat kehidupan yang layak dan teratur, sehingga ia
dikenal sebagai raja yang adil dan bijaksana. Kepemimpinan Ki Ario Mengo
sangat disegani dan dipatuhi oleh semua rakyatnya.
Selain itu, banyak diantara penduduk Keraton Lawangan Daja
yang bertempat tinggal di sekitar keraton dan mengabdi kepada
pemerintahan Ki Ario Mengo. Demikian pula diantara keluarganya sendiri
yang ada di Madegan berdatangan dan menetap di Keraton Lawangan Daja.
Akhirnya, bukan hanya Keraton Lawangan Daya yang terkenal di seluruh
pelosok pulau Madura, bahkan nama Ki Ario Mengo semakin masyhur pula.
Semoga bermanfaat dan bisa menambah wawasan khusunya orang madura tentang sekilas cerita ini.
Salam ^_^
sumber : http://gokbm.org/sejarah-keraton-lawangan-daya-pamekasan-madura/
tenks...
BalasHapus