Ha...ha...malu juga sih, saat ditanya tentang musik MAdura, malah gak tau. jarang baca buku sejarah Madura sih...payaah...payah...nah lgi bloging-ria sana sini baca2 artikel nenk nemuin satu artikel about musik tradisional Madura. Apa itu ? penasaran ? Yuk baca artikel ini :
Ketika anda menyaksikan beberapa atraksi kesenian daerah di Madura, instrumen musik pengiring yang paling dominan adalah Saronen.
Instrumen musik ini sangat kompleks dalam penggunaannya. Katakanlah
musik serba guna yang mampu menghadirkan berbagai nuansa sesuai dengan
kepentingan. Walaupun musik instrumen ini merupakan perpaduan dari
beberapa alat musik, namun yang paling dominan adalah liukan-liukan alat
tiup berbentuk kerucut sebagai alat musik utama. Alat musik tersebut
bernama Saronen.
Konon, orkes Saronen ini berasal dari desa Sendang, kecamatan Pragaan. Saronen berasal dari kata Senninan, (hari
Senin). Kala itu, kyai Khatib Sendang (cicit Sunan Kudus), menciptakan
orkes ini sebagai media dakwah untuk penyebaran agama Islam. Setiap hari
pasaran yang jatuh pada hari Senin, Kyai Khatib menggunakannya dalam
upaya menarik massa. Pertama kali yang dilakukan oleh Kyai yang inovatif
ini, acara diawali dengan munculnya dua badut. Kedua badut ini, menari
dan menyanyi serta melawak. Adapun materi lawakan banyak berisi sindiran
dan kritikan tentang situasi dan kondisi serta kebijakan pemerintahan
pada masa itu. Untuk meramaikan dan menambah semarak adegan-adegan yang
dibawakan kedua badut tersebut, maka acara tersebut diselingi musik yang
mampu membangun suasana menjadi riang gembira.
Setelah
massa terkumpul, barulah kyai Khatib Sendang memulai dakwah. Sehingga
pada waktu itu banyak sekali yang tertarik, kemudian menyatakan diri
untuk mengikuti ajaran agama Islam. Tentu saja, kyai Khatib dalam
menciptakan instrumen musik Saronen menyesuaikan dengan karakter
masyarakat Madura. Suku Madura merupakan sosok yang terkenal mempunyai
watak keras, polos, terbuka dan hangat. Sehingga, jenis musik riang dan
ber-irama mars menjadi pilihan yang paling pas. Dan dalam
perkembangannya, musik Saronen menjadi musik yang sangat digemari dan
merakyat serta menjadi trade mark musik Madura.
Ciri Khas Instrumen Saronen
Musik
instrumentalia Saronen terdiri dari 9 alat musik dengan nilai filosofi
Islam yang sangat kental. Karena ke- sembilan alat musik tersebut adalah
pengejawantahan ayat pendek yang menjadi pembuka Al’Qur’anul Karim,
yaitu Bismillahhirrohmanirrohim. Adapun ke-9 alat musik tersebut terdiri
dari ; 1 saronen, 1 gong besar, 1 kempul, 1 kenong besar, 1 kenong
tengahan, 1 kenong kecil, 1 korca, 1 gendang besar dan 1 gendang dik
gudik (kecil).
Ke–sembilan
alat musik tersebut menjadi perpaduan yang harmoni, sedangkan. yang
menjadi ruh dari orkes ini adalah alat musik Saronen yang berbentuk
kerucut. Alat musik ini terbuat dari pohon jati, dengan enam lubang
berderet di depan dan satu lubang di belakang. Sebuah gelang kecil dari
kuningan mengaitkan bagian bawah dengan bagian atas. Ujungnya terbuat
dari kayu siwalan dan menjepit lidah gandanya (pepet), terbuat dari sepat
atau dari daun pohon siwalan. Pada pangkal alat musik itu ditambah
sebuah sayap dari tempurung kelapa yang nampak seperti kumis. Saronen
berukuran sekitar 40 cm. Alat musik jenis ini berasal dari Timur Tengah.
Dalam
perkembangannya, alat musik yang terdiri dari 9 unsur tersebut mengalami
penambahan sehingga menjadi 12 alat musik. Yaitu dengan penambahan 1
alat musik saronen serta 1 alat musik kempul. Begitu pula dengan jumlah
penabuh/pemusik. Orkes Saronen yang tetap memakai komposisi (versi)
lama, menggunakan alat musik sebanyak 9 dengan penabuh sebanyak 9
personel. Masing-masing membawa satu alat musik, sedangkan gong dan
kempul dipikul oleh dua penabuh, yang secara bergantian memukul alat
musik tersebut. Sedangkan yang menggunakan komposisi (versi) baru alat
musik berjumlah 12, serta penabuh/pemusik juga berjumlah 12 orang.
Instrumen Musik Ber-Irama MARS
Irama yang
dihasilkan dari instrument musik Saronen dipakai sebagai pengiring
kegiatan Kerapan Sapi, atraksi Sapi Sono’, berbagai upacara ritual di
makan keramat, acara pesta perkawinan ataupun dalam event-event
kesenian. Selain itu orkes musik Saronen dapat berdiri sendiri dengan
menyajikan berbagai bentuk tontonan yang menarik dan atraktif. Yaitu
dengan cara memodifikasi berbagai unsur gerak, baik seni tari, seni
hadrah maupun seni bela diri silat dalam kemasan gerak tari sesuai irama
musik yang dimainkan. Begitu pula dengan lagu-lagu yang dibawakan,
musik. Saronen mampu mengiringi lagu-lagu dari berbagai aliran musik,
baik itu keroncong, dangdut, pop, rock and rool maupun lagu-lagu daerah
lainnya. Lagu-lagu keroncong yang ber-irama mendayu-dayu misalnya, mampu
digubah dalam irama mars yang dinamis.
Dalam setiap
atraksi, orkes Saronen ini mampu membangun serta menciptakan suasana
yang hangat dan gembira. Ketika berjalan mengikuti iring-iringan
pasangan sapi, baik Kerapan Sapi atau Sapi Sono’, upacara-upacara
ritual, mengiringi atraksi kuda Kenca’ ataupun arak-arakan para
pemusik ini berjalan dengan langkah-langkah pendek sambil
berlenggak-lenggok mengikuti irama, gerakan-gerakan itu disesuaikan
dengan irama lagu yang dibawakan.
Alat musik
Saronen biasanya dipakai sebagai pembuka komposisi dengan permainan
solo. Suaranya yang sedikit sengau dan demikian keras, meloncat-loncat,
melengking-lengking dan meliuk-liuk dalam irama yang menghentak. Baru
setelah itu diikuti oleh pukulan alat musik lainnya, pukulan gendang,
kennong, ketukan kerca dan simbal. Perpaduan alat-alat musik tersebut menghasilkan keselarasan irama pada seluruh orkes.
Setiap
komposisi musik yang dimainkan, di awali dalam tempo lamban yang berubah
menjadi tempo medium, lalu semakin cepat, atau sebaliknya, permainan
diawali langsung dalam tempo medium langsung berubah menjadi cepat dan
berakhir dengan tempo yang semakin cepat untuk seluruh orkes. Permainan
yang sangat variatif dan penuh improvisasi dari para pemain, serta
teriakan yang dilontarkan para pemain menambah kegairahan pada irama
yang sudah melengking dan meloncat-loncat. Dalam setiap permainan,
setiap komposisi lagu berakhir seketika, dalam arti semua instrumen
berhenti pada saat yang sama.
Seperti
halnya instrumen musik lain, Saronen dapat dimainkan sesuai dengan jenis
irama yang diinginkan. Walaupun sangat dominan memainkan jenis irama
mars, dalam bahasa Madura irama sarka’, Saronen ini mampu menghasilkan jenis irama lainnya, yaitu irama lorongan (irama sedang). Jenis irama ini terdiri dari dua, yaitu irama sedang “lorongan jhalan” dan irama slow ‘lorongan toju’. Masing-masing irama tersebut dimainkan di berbagai kegiatan kesenian dengan acara serta suasana yang berbeda.
Untuk irama sarka’,
biasanya dimainkan dalam suasana riang dan permainan musik cepat dan
dinamis. Tujuannya adalah memberikan semangat dan suasana hangat. Adapun
semua lagu dapat digubah dalam irama sarka’. Sementara itu, untuk jenis irama lorongan, baik lorongan jhalan (sedang) atau lorongan toju’ (slow), lagu-lagu yang dimainkan biasanya berasal dari berbagai lagu gending karawitan.
Ketika mengiringi kerapan sapi menuju lapangan untuk berlaga, irama sarka’
ini dimainkan untuk memberikan dorongan semangat, baik kepada sapi atau
pun pemilik serta para pengiring-nya. Begitu pula ketika orkes Saronen
mengiringi sepasang pengantin, irama ini dimainkan sampai sepasang
pengantin itu mencapai pintu gerbang. Musik ber-irama sarka’ ini, mampu menciptakan suasana hangat dan kegembiraan bagi penonton.
Sedangkan irama lorongan jhalan
(irama sedang), biasanya dimainkan pada saat dalam perjalanan menuju
lokasi. Baik ketika sedang mengiringi sapi kerapan ataupun atraksi sapi
sono’. Selain itu, irama ini dimainkan ketika mengiringi atraksi kuda
kenca’ atau pun di berbagai acara ritual yang berkaitan dengan prosesi
kehidupan manusia. Adapun lagu-lagu yang dimainkan berasal dari
lagu-lagu gending karawitan, seperti gending Nong-Nong, Manyar Sebuh, Lan-jalan ataupun Bronto Sewu.
Irama lorongan toju’,
biasanya memainkan lagu-lagu gending yang ber-irama lembut (slow).
Jenis irama ini dipakai untuk mengungkapkan luapan perasaan yang
melankonis, rindu dendam, suasana sedih ataupun perasaan bahagia. Irama lorongan toju’
biasa dimainkan ketika mengiringi pengantin keluar dari pintu gerbang
menuju pintu pelaminan. Adapun gending-gending yang dimainkan adalah
alunan gending Angling, Rarari, Puspawarna, Kinanti, Gung-Gung dan lainnya.
Dalam setiap
penampilan agar semakin memikat, biasanya para pemain menggunakan
seragam yang sama. Untuk acara-acara ritual, para pemain biasanya
memakai odheng Madura dan bersarung; ada juga yang mengenakan
celana dan baju hitam longgar khas petani Madura serta berkaos dengan
motif garis-garis panjang berwarna merah putih. Namun di kalangan kaum
muda biasanya mereka tampil lebih modern, dengan mengenakan pakaian
warna-warna terang dan mencolok serta memakai rompi yang dihiasi oleh
rumbai-rumbai benang emas. Penampilan mereka semakin keren dengan
memakai kaca mata hitam serta topi lakan.
Khusus musik
Saronen, kaum muda (yang tinggal di pedesaan) tidak merasa malu ketika
menggeluti musik ini. Karena jenis irama yang dimainkan dapat
disesuaikan dengan perkembangan musik yang sedang ngetrent. Disamping
itu musik etnik ini mampu dimainkan, dimodifikasi dan diimprovisasi ke
berbagai aliran musik. Sehingga irama yang dihasilkan memenuhi selera
masyarakat baik yang menyukai jenis musik dangdut, pop, keroncong,
karawitan/gendingan/tembang ataupun aliran musik kontenporer.
sumber : blog tetangga
Salam ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Koment anda yang membangun sangat kami harapkan untuk catatan dan tambahan referensi selanjutnya demi kemajuan dan perkembangan pola pikir ini.
Terimakasih sahabat nenk ... salam ^_^